Jumat, 15 Mei 2009

Bukan yang Bagus, tapi yang Tepat

Sebagai orang tua, Anda adalah seorang penentu kebijakan bagi putra-putri Anda, karena itu harus bijak mengambil keputusan terbaik dalam pemilihan sekolah bagi masa depannya

Persaingan antar Sekolah Nasional Plus dan Sekolah Bertaraf Internasional saat ini kian ketat. Umumnya, sekolah-sekolah itu menawarkan kurikulum selain kurikulum nasional, baik itu kurikulum dari Singapura, Australia, Amerika Serikat, bahkan Inggris. Mana yang terbaik buat anak Anda?

Di Indonesia, saat ini tercatat sekitar 300 sekolah hadir dengan label 'Standar Nasional Plus' dan 'Bertaraf Internasional'. Tak kurang, sepertiga dari jumlah tersebut bercokol di Jakarta dan cukup menggiurkan dengan daya pikat baik berupa performa gedung sekolah, kurikulum, serta kualitas fasilitas pendukung belajar mengajarnya.

Tetapi, sebagai orang tua, Anda adalah seorang pengarah dan penentu kebijakan bagi putra - putri Anda. Anda harus bersikap bijak mengambil keputusan dalam pemilihan sekolah yang terbaik bagi masa depan mereka.

Di bawah ini, beberapa hal mungkin bisa dijadikan pegangan dalam mempertimbangkan pilihan-pilihan Anda. Pegangan untuk memilih sekolah yang bagus? Bukan, tetapi sekolah yang tepat.

Kurikulum

Perlu digaris bawahi, bahwa Sekolah Nasional Plus menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar utama pelajaran. Sementara itu, Sekolah Bertaraf Internasional menggunakan dua bahasa, Indonesia dan Inggris.

Selain itu, kurikulum Sekolah Nasional Plus sudah sepenuhnya menggunakan kurikulum internasional. Sekolah ini pun memulai tahun ajaran barunya setiap bulan Januari, bukan Juli seperti di Sekolah Bertaraf Internasional yang masih memilih tahun ajaran yang sama dengan sekolah negeri.

Sesuai Latar Belakang Keluarga

Dengan kurikulum dan metode pembelajaran semacam itu, siapkah Anda menerimanya sebagai sebuah kebiasaan baru? Sebutlah, konsep-konsep sekolah tersebut mungkin belum pernah Anda alami ketika masih bersekolah dulu, sementara kini, hal itu akan dialami oleh anak Anda dan juga Anda secara tak langsung.

Penggunaan Bahasa Inggris, cara pandang, bertutur dan bersikap yang "lain" sebagai kebiasannya di sekolah, siapkah Anda menghadapinya?

"Anak saya kini cenderung tidak pernah puas jika saya berkata tidak tanpa disertai sebuah alasan," ujar Renitasari, ibu dua anak yang akan menyekolahkan anaknya tahun ini. Selain itu, tambah Renita, kini hari-hari sang anak selalu dengan perencanaan.

"Orang tua yang tidak siap dengan perubahan ini pasti bingung, seperti anak saya yang kerap bertanya, hari ini kita mau ngapain? Kita mau kemana hari ini?" tandas Renita.

Untuk itulah, perlu kiranya Anda menyelaraskan antara kurikulum dan konsep sekolah tersebut dengan konsep kehidupan keluarga Anda. Pertimbangkan, sudah sesuaikah dengan latar belakang religi dan budaya di keluarga Anda? "Karena keluarga yang dengan cara pandang konservatif belum tentu sesuai dengan kebiasaan ini," kata Renita.

Minat dan Bakat Anak

Menurut Anda, sudah sesuaikah kurikulum dan konsep sekolah tersebut dengan latar belakang minat dan bakat anak Anda? Ingat, yang sekolah adalah anak, bukan Anda! Karena itulah, Anda tidak diharuskan mencari sekolah yang bagus, keren, atau favorit di mata Anda, tetapi sekolah benar-benar tepat buat anak Anda!

Kualitas Pendidik dan Fasilitas

Ini tentu ada hubungannya dengan biaya sekolah. Rata-rata, biaya Sekolah Nasional Plus dan Bertaraf Internasional jauh lebih mahal ketimbang dengan sekolah lokal/negeri. Untuk uang pangkal saja, sekolah-sekolah tersebut mematok tarif mulai 5 sampai 20 juta. Belum lagi uang bulanannya, yang berkisar antara satu sampai 5 juta.

Tetapi itulah, umumnya Sekolah Nasional Plus dan Sekolah Bertaraf Internasional memang tidak hanya menggunakan buku, pulpen dan papan tulis sebagai media belajar bagi siswanya. Guru pun tak lagi hanya mengajar di dalam kelas, sementara para siswa duduk diam mendengarkan dan menulis.

Di sekolah-sekolah tersebut, studi banding, praktik atau beragam pelatihan di luar kelas, atau juga tingginya kebutuhan teknologi akan menjadi media pembelajaran di sekolah-sekolah tersebut dan membuat tarif sekolah juga tinggi. Apalagi, sekolah pun menyediakan staf pengajar asing untuk beberapa mata pelajaran tertentu.

"Mahal tetapi sepadan dengan kualitas yang didapatkan oleh anak mestinya bukan sebuah masalah," kata Renita. Menurutnya, sejauh ini menyekolahkan anaknya di sebuah Sekolah Nasional Plus membuat perkembangan anaknya benar-benar terpantau.

"Kita tidak akan kaget dengan perubahan sikap anak karena sekolah melaporkan secara rutin, bahwa di luar prestasi akademis kita tahu si anak kini menjadi lebih mandiri, berani bertanggung jawab, serta berani mengambil keputusan sendiri," tambahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar