Jumat, 15 Mei 2009

Mencegah Alergi pada Anak

Angka kejadian alergi terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir ini. Kondisi ini terjadi karena zat yang terkandung dalam makanan atau minuman makin beragam. Masih ditambah lagi meningkatnya polusi seiring dengan perubahan pola hidup masyarakat yang makin modern.

Demikian disampaikan Ketua Divisi Alergi-Imunologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo dr Dr Zakiudin Munasir SpA (K), dalam seminar bertema "Apakah Alergi Diturunkan Secara Genetik", Selasa (12/5), di Hotel Gran Melia, Jakarta.

Alergi merupakan reaksi kekebalan tubuh yang menyimpang atau berubah dari normal yang dapat menimbulkan gejala yang merugikan tubuh, mulai dari gangguan pernapasan, kulit, hingga mata. Alergi pada anak jangan dianggap enteng karena dapat berisiko terhadap tumbuh kembang anak, bahkan bisa berlanjut hingga beranjak dewasa bila tidak ditangani dengan baik. Demikian ia mengatakan.

Seseorang dapat menderita alergi bila salah satu atau kedua orangtuanya memiliki riwayat alergi. Hal ini menunjukkan bahwa alergi bersifat genetik. Ada tiga tindakan pencegahan alergi, yaitu menghindari penyebab dan pencetus alergi, menjalani cara hidup baik dan sehat, dan memakai obat-obatan. Selain itu, ada beberapa cara tindakan pencegahan sejak dini terhadap anak yang lahir dari orangtua pengidap atopik atau alergi, bahkan dapat dimulai sejak anak berada dalam kandungan.

Alergi pada anak bisa dicegah sejak dini dengan memberi air susu ibu (ASI) secara eksklusif selama 6 bulan atau lebih karena ASI mengandung zat gizi lengkap yang dibutuhkan bayi, termasuk protein hypo allergenik, DHA dan probiotik, serta kolostrum yang dapat melindungi bayi dari alergi dan infeksi. Probiotik adalah bakteri hidup yang menguntungkan dan mampu membantu meningkatkan daya tahan tubuh bayi, serta mengurangi risiko alergi. Hal itu dikatakan Zakiudin.

Dengan nutrisi sempurna yang terkandung di dalamnya, ASI mempunyai peranan yang tidak tergantikan dalam hal memberi fungsi kekebalan tubuh yang melindungi bayi dari berbagai risiko alergi dan infeksi. Namun, ada kondisi ketika seorang ibu tidak dapat memberi asupan ASI maksimal, di antaranya disebabkan adanya pembengkakan dan peradangan pada payudara sehingga produksi ASI berkurang.

"Kondisi ini tentu berpengaruh terhadap rentannya daya tahan tubuh bayi terhadap reaksi alergi, khususnya bagi bayi yang memiliki penyakit alergi karena keturunan," ujarnya. Alergi bisa dicetuskan oleh lingkungan, di antaranya paparan rokok dari orangtua atau orang sekitar, polusi, susu sapi, dan beberapa jenis makanan yang bisa memicu alergi, seperti makanan laut, telur, dan kacang tanah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar